FRAKTUR
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Sedangkan menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur patella pextra merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang terjadi pada tempurung lutut pada kaki kanan.
2. ETIOLOGI
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a.
Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung
tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan
ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut
rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b.
Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada
tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara
yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
a. Fraktur petologik karena
kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi
oleh tekanan yang
normal kalau tulang
tersebut lunak (misalnya oleh
tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
3. PATOFISIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.
4. KALSIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi raktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas
dan garis traktur meliputi:
1)
Fraktur komplit : Adalah patah
atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan
garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh
kerteks.
2)
Fraktur inkomplit Adalah patah
atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang,
sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).
b. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu
fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:
1)
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak menonjol malalui kulit.
2)
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi.
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:
b. Grade I : Robekan kulit dengan
kerusakan kulit otot
c. Grade II : Seperti grade I dengan
memar kulit dan otot
d. Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan
kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.
c. Long (1996)
membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:
1.
Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada
anak-anak dengan tulang lembek
2.
Transverse yaitu patah melintang
3.
Longitudinal yaitu patah memanjan
4.
Oblique yaitu garis patah miring
5.
Spiral yaitu patah melingkar
e.
Black dan Matassarin (1993)
mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:
1. Tidak ada dislokasi
2. Adanya
dislokasi, yang dibedakan menjadi
3. Disklokasi
at axim yaitu membentuk sudut
4. Dislokasi at
lotus yaitu fragmen tulang menjauhi
5. Dislokasi at
longitudinal yaitu berjauhan memanjang
6. Dislokasi at
lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan dan
memendek.
5. GAMBARAN
KUNIK
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi kunik fraktur adalah sebagai berikut:
Ø Nyeri :
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal
ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan
jaringan sekitarnya.
Ø Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa
yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.
Ø Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
Ø Spame otot Merupakan kontraksi
otot involunter yang terjadu disekitar fraktur.
Ø Penurunan sensasi Terjadi karena
kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
Ø Gangguan fungsi Terjadi karena
ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
Ø Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang
pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur
tulang panjang.
Ø Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan.
Ø Defirmitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil
dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang
ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
Ø Shock hipouolemik Shock terjadi
sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
Ø Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambara ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur
6.
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi menurut Doenges (2000) antara lain:
1.
Shock
2.
Infeksi
3.
Nekrosis divaskuler
4.
Cidera vaskuler dan saraf
5.
Mal union
6.
Borok akibat tekanan
7. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobiusasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Jenis-jenis fraktur reduction yaitu:
Ø Manipulasi atau close red
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi,
panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun
umum.
Ø Open reduksi
Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan
pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus,
pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah
kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika
dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan
ada indikasi untuk melakukan ROM.
Ø Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada
anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang.
Ada 3 macam yaitu:
§ Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang
yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk
mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang
cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
§ Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk
meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi,
memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.
§ Maintenance traksi
Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan
lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.
Bedah
Kepala Leher XI
Penggunaan Miniplate pada Penatalaksanaan Fraktur
Maxilofacial
Begitu
banyak struktur penting di daerah wajah, maka penatalaksanaan trauma
maksilofacial perlu terus dikembangkan guna mencapai hasil yang memuaskan baik
dari segi kosmetik maupun perbaikan fungsi.
Wajah adalah ikon seseorang.
Lewat wajah, karakter seseorang dapat dikenali, sebab wajah mengandung banyak
arti. Karena wajah disusun dari beragam tulang belulang. Tulang-tulang
wajah terdiri dari mandibula, maksila, zigoma, nasal dan otot-ototnya. Apabila
suatu kejadian kecelakaan menyebabkan suatu jejas di daerah wajah yang
menyebabkan patah tulang wajah (fraktur
maxilofacial), maka dapat
dipastikan bentuk wajah akan berubah menjadi kurang proporsional.
Cacat pada wajah bukan
sekadar mengganggu penampilan. Tapi, lebih dari itu karena di daerah wajah juga
banyak struktur penting, maka trauma maxilofacial juga berhubungan dengan
gangguan penglihatan, ganguan bicara, gangguan menelan, gangguan jalan nafas,
sampai cedera otak. Begitu banyak struktur penting di daerah wajah inilah,
maka penatalaksanaan trauma maksilofacial perlu terus dikembangkan guna
mencapai hasil yang memuaskan baik dari segi kosmetik maupun perbaikan fungsi.
Hal demikian terungkap dalam simposium dan workshop
Bedah Kepala Leher XI dengan tema "Management of Maxilofacial
Fractures" di ruang Soetojo SMF Ilmu Bedah RSUD. Dr. Soetomo, Surabaya, 2-4 Juni lalu.
Dalam event
tersebut, Prof. dr. Sunarto Reksoprawiro, SpB(Onk) memaparkan data
penelitian retrospektif tahun 2001-2005 pada penderita yang dirawat di SMF Ilmu
Bedah RSU DR. Soetomo, Surabaya.
Dari data penelitian itu menunjukan bahwa kejadian trauma maxilofacial sekitar
6% dari seluruh trauma yang ditangani oleh SMF Ilmu Bedah RS Dr. Soetomo.
Kejadian fraktur mandibula dan maksila terbanyak diantara 2 tulang lainnya,
yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul fraktur zigoma 27,64% dan fraktur
nasal 12,66%. Penderita fraktur maksilofacial ini terbanyak pada laki-laki usia
produktif, yaitu usia 21-30 tahun, sekitar 64,38% disertai cedera di tempat
lain, dan trauma penyerta terbanyak adalah cedera otak ringan sampai berat,
sekitar 56%. Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas dan sebagian
besar adalah pengendara sepeda motor.
Penatalaksanaan penderita
fraktur maxilofacial dengan cara terapi pembedahan. Terapi ini dimaksudkan
untuk mengatasi morbiditas yang terjadi, seperti cacat tulang muka (dishface
deformity); deformitas hidung (deviasi kelateral atau kedalam/ pesek);
obstruksi duktus nasocrimalis yang menyebabkan epiphora (mata berair);
destruksi nervus olfactorius menyebabkan anosmia (kehilangan pembauan);
kelainan mata bisa diplopia (penglihatan ganda), enopathalmus (mata masuk ke
dalam), perubahan dari garis pupil kedua mata (mata tidak simetris), sampai
kebutaan; maloklusi (salah sambung); dysaesthesia oleh karena gangguan nervus
infra orbitalis dan nervus alveolaris superior. Terapi fraktur maxilofacial
perlu memperhatikan pengembalian oklusi yang baik serta mobilisasi lebih
awal sehingga perbaikan fungsi bisa terjadi lebih cepat.
Teknologi pembedahan dari
tahun ke tahun terus berkembang. Sebelum tahun 1968, operasi pada fraktur
maksilofasial hanya dilakukan fiksasi menggunakan wiring saja, dengan
segala kerugian akibat imobilisasi intermaksiler dengan kawat. Tapi setelah
1968, dimulai prosedur operasi yang berbeda dengan berbagai cara untuk mencapai
osteosintesis yang lebih stabil, dengan memperhatikan reposisi seanatomis
mungkin, pengembalian fungsi yang baik, fiksasi komplet dan stabil, tidak
menimbulkan nyeri pada waktu mobilisasi tulang yang patah, tidak merusak
struktur saraf, serta menggunakan pendekatan intraoral agar kosmetik baik.
Di bagian Bedah Kepala Leher
RSU Dr. Soetomo, seperti dijelaskan oleh dr. Urip Murtedjo, SpB, prosedur
terapi fraktur maxilofacial masih menggunakan metode wire (suspensi
kawat) yang diperkenalkan oleh Lesney sejak tahun 1953 melalui pendekatan
ekstra oral. Akan tetapi kini mulai diperkenalkan metode miniplate champy
yang salah satu keuntungannya adalah tidak memerlukan pemasangan arch bar
(interdental wiring) karena sudah cukup stabil dan pendekatannya
selalu intraoral sehingga dari segi kosmetik tetap baik. Hanya saja
metode miniplate ini harganya masih relatif mahal.
Menurut dr. Urip, penggunaan miniplate
untuk fiksasi fraktur maxilofacial secara teknis lebih mudah dikerjakan karena
kemampuan plate untuk mengikuti kelengkungan tulang maupun garis
fraktur (malleable). Dengan pemasangan plate yang baik dapat
dihindari terjadinya maloklusi seperti yang banyak terjadi pada penggunaan wire
(kawat). Penelitian Cawood menunjukkan bahwa kemampuan membuka mulut lebih
baik pada pasien fraktur mandibula yang dilakukan platting daripada pasien yang
menggunakan wire (kawat), sehingga pasien tersebut tidak terlalu banyak
mengalami penurunan berat badan. Perkembangan plate yang tebalnya 2,7
mm dan 2 mm telah dikembangkan menjadi miniplate yang tebalnya 1 mm
dan 0,8 mm sampai akhirnya lebih tipis yakni microplate (0,5 mm).
Bahan plate juga mengalami perkembangan dari semula stainless
stell selanjutnya dibuat dari vitalium dan akhirnya titanium yang memiliki
bioviability paling tinggi sehingga tidak perlu dilakukan pengangkatan.
Dikembangkan pula suatu bahan yang dapat diabsorbsi yaitu asam poliglikolat. Microplate
ini sangat baik untuk tulang dengan perlindungan jaringan yang tipis, dan
untuk fiksasi bone graft. Dengan menggunakan metode miniplate
ini hasil pembedahan lebih stabil, penyembuhan tulang secara primer terjadi
lebih cepat karena miniplate merupakan rigid internal fixation
sehingga memiliki efek kompresi, menurunkan angka komplikasi, dan dari segi
kosmetik cukup baik.
Satu lagi yang ditambahkan
oleh dr. Urip bahwa meskipun metode platting ini memiliki banyak sekali
keunggulan, namun ada beberapa kondisi dimana metode ini kontraindikasi untuk
dilakukan, yaitu pada fraktur dengan luka kontaminasi, fraktur yang sangat
komunitif, bila jaringan lunak di sekitarnya tidak dapat menutup fraktur, dan
fraktur patologis, juga ada beberapa daerah di wajah yang memang sebaiknya
menggunakan wire.
Kendati teknologi bedah
memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan langkah yang bijak.
Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih
memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian,
disimpulkan bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian
trauma maksilofacial sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena masih sangat sedikit pengendara sepeda motor yang
mengenakan helm dengan benar. Oleh karena itu, peran serta pemerintah sangat
diperlukan untuk memaksimalkan upaya preventif, sedangkan kuratifnya kita
serahkan pada ahli bedah.
FRAKTUR
DEFINISI
patah tulang (fraktur)
adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya.
jenis patah tulang:
jenis patah tulang:
- patah tulang tertutup (patah tulang simplek). tulang yang patah tidak tampak dari luar.
- patah tulang terbuka (patah tulang majemuk).
tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau
kulit mengalami robekan.
patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi. - patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan). merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang. sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena osteoporosis.
- patah tulang karena tergilas. tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.
- patah tulang avulsi. disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.
- patah tulang patologis. terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
PENYEBAB
Sebagian besar
patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga
atau karena jatuh.
Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.
Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang
- Usia penderita
- Kelenturan tulang
- Jenis tulang.
Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa mengalami patah tulang.
GEJALA
Nyeri biasanya
merupakan gejala yang sangat nyata.
Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi
jika tulang yang terkena digerakkan.
Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan
nyeri. Alat gerak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat menggerakkan lengannya,
berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya. Darah bisa
merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan
masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.
DIAGNOSA
Foto rontgen
biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang. Kadang perlu dilakukan CT
scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang
mengalami kerusakan.
Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan.
Jika tulang mulai membaik, foto rontgen juga digunakan untuk memantau penyembuhan.
PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan adalah untuk
menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling
berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya.
Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.
Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan.
Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.
Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan.
Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anak-anak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
·
Pembidaian : benda keras
yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
·
Pemasangan gips : merupakan
bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah
·
Penarikan (traksi) :
menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang
sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah
tulang pinggul.
·
Fiksasi internal :
dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada
pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul
dan patah tulang disertai komplikasi.
Imobilisasi
lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu
sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik. Terapi dimulai pada saat imobilisasi
dilakukan dan dilanjutkan sampai pembidaian, gips atau traksi telah dilepaskan.
Pada patah tulang tertentu (terutama patah tulang pinggul), untuk mencapai penyembuhan total, penderita perlu menjalani terapi fisik selama 6-8 minggu atau kadang lebih lama lagi.
Pada patah tulang tertentu (terutama patah tulang pinggul), untuk mencapai penyembuhan total, penderita perlu menjalani terapi fisik selama 6-8 minggu atau kadang lebih lama lagi.
Patah Tulang Kaki Karena Tekanan
DEFINISI
Patah Tulang
Kaki Karena Tekanan (stress fracture) adalah retakan kecil di dalam
tulang yang seringkali terjadi karena benturan jangka panjang yang berlebihan.
Pada pelari,
tulang dari kaki tengah (metatarsal) sangat peka terhadap fraktur
jenis ini. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada 3 jari kaki
yang di tengah.
Tulang metatarsal dari ibu jari kaki relatif kebal terhadap cedera karena kuat dan ukurannya lebih besar; sedangkan tulang metatarsal dari kelingking kaki biasanya terlindung karena tekanan terbesar disalurkan ke ibu jari dan jari di sebelahnya.
Tulang metatarsal dari ibu jari kaki relatif kebal terhadap cedera karena kuat dan ukurannya lebih besar; sedangkan tulang metatarsal dari kelingking kaki biasanya terlindung karena tekanan terbesar disalurkan ke ibu jari dan jari di sebelahnya.
PENYEBAB
Faktor resiko
terjadinya patah tulang kaki karena tekanan adalah:
Ø
lengkung kaki yang tinggi
Ø
sepatu olah raga yang
kurang menyerap goncangan
Ø
peningkatan jumlah dan
intensitas latihan yang mendadak.
GEJALA
Gejala utama
adalah nyeri di bagian depan kaki, yang biasanya timbul selama latihan yang
panjang atau berat. Pada awalnya, nyeri menghilang dalam beberapa detik setelah
latihan dihentikan. Jika latihan dilanjutkan, nyeri akan kembali terasa dan
berlangsung lebih lama setelah latihan dihentikan. Pada akhirnya, nyeri
menyebabkan penderita tidak dapat berlari dan
nyeri tetap
dirasakan meskipun dalam keadaan istirahat.
Daerah di
sekitar tulang yang patah bisa mengalami pembengkakan
DIAGNOSA
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika disentuh,
terasa sakit.
Patah tulang ini sangat halus sehingga seringkali tidak tampak pada foto rontgen.
Rontgen dapat menunjukkan adanya jaringan (kalus) yang terbentuk di sekitar tulang yang patah pada saat 2-3 minggu selah cedera, sebagai pertanda terjadinya penyembuhan tulang.
Skening tulang bisa membantu memperkuat diagnosis.
Patah tulang ini sangat halus sehingga seringkali tidak tampak pada foto rontgen.
Rontgen dapat menunjukkan adanya jaringan (kalus) yang terbentuk di sekitar tulang yang patah pada saat 2-3 minggu selah cedera, sebagai pertanda terjadinya penyembuhan tulang.
Skening tulang bisa membantu memperkuat diagnosis.
PENGOBATAN
Penderita tidak
boleh berlari sampai patah tulangnya sembuh, tetapi olah raga lainnya masih
boleh dilakukan. Setalah patah tulang
sembuh, untuk membantu mencegah kekambuhan, sebaiknya digunakan sepatu atletik
yang mampu menyerap goncangan dan berlari diatas permukaan yang lembut
(misalnya rumput).
Jika dilakukan
pemasangan gips, maka setelah 1-2 minggu gips harus dilepas untuk mencegah
melemahnya otot
Masa penyembuhan
biasanya memerlukan waktu 3-12 minggu, tetapi pada usia lanjut atau status
kesehatan yang buruk, mungkin diperlukan waktu yang lebih lama
Patah Tulang Kaki
DEFINISI
Hampir setiap
tulang di kaki dapat mengalami patah tulang (fraktur).
Banyak diantara patah tulang ini yang tidak membutuhkan pembedahan, sedangkan yang lainnya harus diperbaiki melalui pembedahan untuk mencegah kerusakan yang menetap.
Banyak diantara patah tulang ini yang tidak membutuhkan pembedahan, sedangkan yang lainnya harus diperbaiki melalui pembedahan untuk mencegah kerusakan yang menetap.
Daerah diatas
tulang yang patah biasanya membengkak dan nyeri.
Pembengkakan dan nyeri bisa menjalar ke luar daerah patah tulang jika jaringan lunaknya mengalami memar.
Pembengkakan dan nyeri bisa menjalar ke luar daerah patah tulang jika jaringan lunaknya mengalami memar.
Patah tulang di
dalam dan di sekitar pergelangan kaki paling sering terjadi jika pergelangan
kaki berputar ke dalam sehingga kaki terputar ke luar atau pergelangan kaki
berputar ke luar. Nyeri, pembengkakan
dan perdarahan cenderung terjadi.
Fraktur ini bisa berakibat serius jika tidak ditangani dengan baik.
Semua fraktur pergelangan kaki harus digips.
Untuk patah tulang pergelangan kaki yang berat, dimana tulang terpisah
jauh atau salah menempel, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Fraktur tulang metatarsal (tulang
pertengahan kaki) sering terjadi.
Penyebab yang paling sering adalah terlalu banyak berjalan atau
penggunaan berlebihan yang menyebabkan tekanan tidak langsung. Penyebab lainnya
adalah benturan hebat yang terjadi secara mendadak.
Untuk memungkinkan penyembuhan tulang, maka dilakukan imobilisasi dengan sepatu bertelapak keras. Jika tulang terpisah sangat jauh, mungkin diperlukan pembedahan untuk meluruskan pecahan-pecahan tulang yang patah.
Untuk memungkinkan penyembuhan tulang, maka dilakukan imobilisasi dengan sepatu bertelapak keras. Jika tulang terpisah sangat jauh, mungkin diperlukan pembedahan untuk meluruskan pecahan-pecahan tulang yang patah.
Tulang sesamoid
(2 tulang bulat kecil yang terletak di ujung bawah tulang metatarsal ibu jari
kaki) juga bisa mengalami patah tulang.
Fraktur tulang sesamoid bisa disebabkan oleh berlari, berjalan jauh dan
olah raga (misalnya basket dan tenis).
Menggunakan bantalan atau penyangga sepatu khusus bisa mengurangi
nyeri. Jika nyeri berkelanjutan, mungkin
tulang sesamoid harus diangkat melalui pembedahan.
Cedera pada jari
kaki (terutama jari-jari yang kecil) sering terjadi, apalagi jika berjalan
tanpa alas kaki. Fraktur simplek
pada keempat jari kaki yang kecil akan sembuh tanpa perlu memasang gips. Dilakukan pembidaian jari kaki dengan pita
atau Velcro selama 4-6 minggu.
Menggunakan sepatu beralas keras atau yang berukuran agak besar bisa membantu mengurangi nyeri.
Biasanya fraktur pada ibu jari kaki (hallux) cenderung lebih berat, dan menyebabkan nyeri yang lebih hebat, pembengkakan dan perdarahan dibawah kulit. Patah tulang hallux bisa terjadi karena kaki menendang sesuatu atau karena sebuah benda yang berat jatuh diatasnya.
Perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki patah tulang hallux
Menggunakan sepatu beralas keras atau yang berukuran agak besar bisa membantu mengurangi nyeri.
Biasanya fraktur pada ibu jari kaki (hallux) cenderung lebih berat, dan menyebabkan nyeri yang lebih hebat, pembengkakan dan perdarahan dibawah kulit. Patah tulang hallux bisa terjadi karena kaki menendang sesuatu atau karena sebuah benda yang berat jatuh diatasnya.
Perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki patah tulang hallux
No comments:
Post a Comment